Selasa, 02 Februari 2016

PERANAN INTELEKTUAL MUDA DALAM PERGERAKAN INDONESIA UNTUK MENUJU INDONESIA MERDEKA

PERANAN INTELEKTUAL MUDA DALAM PERGERAKAN INDONESIA UNTUK MENUJU INDONESIA MERDEKA
OLEH :
ASEP RAHMAT HIDAYAT, MAHASISWA SEJARAH, UNJ

Pendahuluan
Masa pergerakan merupakan sebuah fase yang lebih mementingkan strategi otak dalam mencapai tujuan Indonesia merdeka. Masa pergerakan bisa dikatakan awal tumbuhnya kesadaran nasionalis yang ada dalam setiap jiwa masyarakat Indonesia, awal kesadaran bahwa mereka (tokoh-tokoh daerah) tidak sendiri dalam menghadapi cengkraman kolonial. Pergerakan nasional merupakan titik puncak masyarakat Indonesia yang sudah cerdas dan tercerahkan serta telah mencapai keempurnaan dalam pola fikir dimana mereka sadar bahwa untuk mencapai Indonesia merdeka tidak hanya dengan otot tetapi juga dengan jalan organisasi masa.
Pergerakan nasional terdiri dari beberapa fase : yang pertama fase masa perkembangan. Fase ini merupakan awal terbentuknya organisasi-organisasi yang menjadi pelopor masuknya perjuangan bangsa Indonesia pada masa pergerakan. Meskipun secara umum tujuan organisasi pada masa ini masih tertuju pada kebudayaan dan pendidikan. Fase kedua adalah masa radikal, fase ini ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi yang sudah jelas menginginkan Indonesia merdeka dan bertindak Non-Kooperasi terhadap pemerintah. Puncaknya pada tahun 1926 ketika terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia. Fase yang terakhir adalah masa bertahan. Masa ini muncul karena kondisi ekonomi dunia kacau balau, karena Peristiwa Malaise di Amerika Serikat pada tanggal 8 Oktober 1929. Fase ini merupakan fase yang lebih banyak mendirikan fraksi-fraksi nasional dan gabungan partai politik, serta beberapa tuntutan yang diajukan kepada pemerintah Belanda.
Jika kita lihat ke belakang Pergerakan Nasional bisa dikatakan sebagai dampak dari Politik Balas Budi (Politik Etis) yang digalakkan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1901 (pada saat pidato Ratu Wilhelmina). Politik Etis yang ditekankan pada tiga aspek kehidupan yaitu irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Yang pada mulanya ditujukan untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah namun intelek untuk mengimbangi kemajuan perekonomian dunia pada saat itu. Tetapi hal itu sedikit banyak membuat kemajuan di bidang pendidikan yang menjadi akar dari pergerakan nasional. Sekolah-sekolah banyak didirikan dan adanya perluasan pendidikan yang tidak ekslusif lagi (meskipun di berbagai segi ada yang bercorak diskriminasi).
Upaya pendidikan dalam politik etis itu adalah mendirikan pendidikan untuk anak-anak Bumiputera. Pendidikan itu lebih banyak diminati oleh kelompok priyayi rendahan yang berniat masuk kedalam struktur sosial yang lebih tinggi. Dengan timbulnya elit baru yaitu “Priyayi Rendahan” dengan tingkat intelektualitas tinggi ini, kelak akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Golongan priyayi rendahan ini mereka terbiasa hidup dalam suasana yang diskriminatif, hidup dalam perasan orang-orang kolonial. Maka semangat ingin merubah Indonesia ke arah yang lebih baik ini muncul dari kalangan priyayi seperti ini. Itu karena mereka memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi sehingga mereka bisa mengerti bahwa sebenarnya setiap negara berhak mengurus negaranya sendiri tanpa campur tangan negara lain ataupun penjajahan bangsa lain. Golongan intelektual inilah yang mencetuskan pertama kali bahwa sebenarnya kita satu bangsa yaitu bangsa Indonesia pada “hari saktral” yaitu tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Hari Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda adalah bentuk konkret perjuangan bangsa Indonesia yang dilakukan secara nasional.

Peranan Intelektual Muda Dalam Pergerakan Indonesia untuk Menuju Indonesia Merdeka
Tokoh-tokoh priyayi rendahan ini seperti Soekarno, Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Cipto Mangunkusumo, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, H.O.S. Tjokroaminoto dan tokoh-tokoh pergerakan lainnya merupakan golongan intelektual muda yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi dari masyarakat Indonesia lainnya. Sehingga mereka sadar bahwa bangsa ini terlalu berharga untuk dijadikan “sapi perah” pihak-pihak kolonial. Mereka lah yang menjadi perubah arah perjuangan bangsa ini dari yang tadinya berjuang dengan otot dan ternyata kalah, beralih haluan menjadi berjuang dengan organisasi sebagai media untuk mencapai tujuan Indonesia merdeka.
Karena latar belakang pendidikan yang berbeda dari rakyat kebanyakan, maka golongan inilah yang sadar bahwa Indonesia (atau pada saat itu masih Nederlands-Indie) sedang dalam penjajahan yang sebenarnya tidak layak dilakukan oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain. Dengan pendidikan tinggi tokoh intelektual ini banyak menyerap pengetahuan baru dari dunia barat yang mayoritas berpaham kapitalis dan imperialis, seperti nasionalisme, sosialisme, demokrasi, komunisme, dan Liberalisme.
Boedi Oetomo merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Dr. Sutomo, orang-orang Indonesia yang berpendidikan tinggi pada tanggal 20 Mei 1908. Meskipun Boedi Oetomo masih bergerak kedaerahan dan belum bercorak politis, lahirnya Boedi Oetomo untuk membiayai pemuda miskin dan pintar untuk meneruskan sekolahnnya yang lebih tinggi. Tetai Boedi Oetomo merupakan perintis organisasi pergerakan Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa yang menjadi pelopor pergerakan adalah kaum intelektual muda.
Setelah lahirnya Boedi Oetomo, maka bermunculan organisasi-organisasi yang lainnya yang tidak lagi bercorak pendidikan, kedaerahan, tetapi organisasi yang bertujuan Indonesia merdeka. Indische partij, merupakan organisasi politik pertama yang bertujuan Indonesia merdeka. Organisasi ini didirikan oleh pelajar Indonesia yang belajar di negeri Belanda yaitu E.F.E. Dowes Deker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Disini juga membuktikan bahwa kaum intelektual muda yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Para pendiri Indische partij ini berada di negeri Belanda, sehingga mereka bisa melihat perbedaan kondisi negara penjajah dan negara terjajah. Karena hal itulah muncul rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa Indonesia.
Pada era berikutnya muncul partai-partai politik yang lain yang memiliki tujuan Indonesia merdeka. Misalnya PNI. PNI merupakan parti politik yang didirikan oleh seorang tokoh nasionalis yaitu Soekarno. Soekarno adalah seorang tokoh yang memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi, meskipun ia tidak belajar di luar negeri tetapi rasa nasionalismenya tumbuh karena ia menyerap istilah-istilah seperti nasionalisme dan sosialisme dari buku.
Partai-partai politik itu dalam mewujudkan cita-citanya ada dengan cara kooperasi, non-kooperasi. Selain itu juga diantara tokoh pergerakan sering terdapat perbedaan pandangan misalnya Soekarno dengan Hatta, mereka selalu berbeda pandangan tetapi satu pandangan mengenai tujuan Indonesia merdeka. Berkali-kali tokoh pergerakan ini dibuang, dipenjara oleh pemerintah Belanda. Biasanya tokoh pergerakan ini menginginkan di buang ke negeri Belanda. Ini bertujuan agar dalam pengasingannya itu mereka bisa belajar dan terus belajar. Karena di Belanda banyak tokoh-tokoh pemikir dengan pemikirannya yang sedang berkembang misalnya Sosialisme, Liberalisme, dan Komunisme.
Biasanya tokoh pergerakan sering membuat tulisan-tulisan yang bernada kritikan dan ledekan terhadap pemerintahan Belanda. Misalnya tulisannya Suwardi Suryaningrat yang berjudul “Sekiranya aku orang Belanda, aku tidak akan mengadakan pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaan”. Disini terlihat jelas hanya orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi yang memiliki pikirkan untuk membuat kritikan kepada pemerintah Belanda lewat tulisan.

Penutup
Dari uraian diatas bisa dilihat bukan hal yang mudah untuk mencapai Indonesia merdeka, adanya beberapa tahapan yang harus dilalui bangsa ini. Di atas juga terlihat bagaimana pentingnya peran golongan intelektual muda dalam proses kemerdekaan Indonesia. Golongan intelektual-lah yang menjadi pelopor beralihnya masa berjuang kedaerahan menjadi berjuang dengan otak dan organisasi. Merekalah yang sadar bahwa suatu bangsa menjajahan bangsa lain itu sebenarnya tidak pantas. Merekalah yang sadar bahwa perlunya persatuan dan kesatuan untuk mencapai tujuan Indonesia merdeka, dan merekalah yang mencetuskan sumpah pemuda yang mengakui dirinya berbangsa dan bernegara Indonesia.
Kaum Intelektual-lah yang mendirikan organisasi-organisasi dalam masa pergerakan nasional. Selain itu juga, dua orang kaum intelektual-lah yang kelak memproklamasikan kemerdekaan Indoensia dan menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia yaitu Soekarno dan Hatta.
Daftar Pustaka
– Kartodirdjo, Sartono. Marwati Djoenoed Poesponegoro. Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta : Depdikbud. 1976.
– Kartodirdjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Jilid II. Jakarta : Gramedia. 1993.
– M.A. Drs. G. Moedjanto. Indonesia Abad ke-20 Jilid I Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta : Kanisius. 1988.
– S.H. A.K. Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Dian Rakyat. 1991.
– S.H. Drs. C.S.T. Kansik. M.A. Drs. Julianto. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta : Erlangga.
– Sutherland, H.A. Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi. Jakarta : Sinar Harapan.1983.

0 komentar:

Posting Komentar